Jakarta, Bogor Review, 20 Mei 2015 -
Menko
Kemaritiman Indroyono Soesilo mewakili Presiden RI Joko Widodo secara resmi
membuka acara Indonesia Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA
Convex) ke-39 pada Rabu (20/5). Pagelaran tahunan yang digelar di Jakarta
Convention Center (JCC) tersebut juga dihadiri Menteri ESDM Sudirman Said,
Dirjen Migas IGN Wiratmadja, Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala BKPM
Franky Sibarani. Mewakili parlemen, tampak hadir Ketua Komisi VII DPR Kardaya
Warnika dan Wakil Ketua Komisi VII DPR Satya W Yudha.
Menko Kemaritiman Indroyono
Soesilo mewakili Presiden RI Joko Widodo secara resmi membuka acara Indonesia
Petroleum Association Convention & Exhibition (IPA Convex) ke-39 pada Rabu
(20/5). Pagelaran tahunan yang digelar di Jakarta Convention Center (JCC)
tersebut juga dihadiri Menteri ESDM Sudirman Said, Dirjen Migas IGN Wiratmadja,
Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi, Kepala BKPM Franky Sibarani. Mewakili
parlemen, tampak hadir Ketua Komisi VII DPR Kardaya Warnika dan Wakil Ketua
Komisi VII DPR Satya Yudha.
Dalam sambutannya, Presiden IPA, Craig Stewart menguraikan tantangan
industri migas di Tanah Air dalam setahun terakhir di tengah merosotnya harga
minyak dunia. Akibatnya, banyak perusahaan migas yang harus menekan investasi
dan biaya. Meski demikian, di saat dunia mengalami penurunan produksi, Craig
menyatakan, produksi migas di Indonesia justru mengalami pertumbuhan. Namun,
Craig juga menekankan pentingnya transparansi dan percepatan solusi dari
pemerintah guna menghadapi ancaman krisis energi di Indonesia. Hal ini sesuai
dengan tema IPA kali ini yang bertajuk
“Working Together to Accelerate Solutions in Anticipating Indonesia’s Energy
Crisis”.
Berkaitan dengan hal tersebut, IPA mengemukakan delapan poin penting yang
perlu mendapat perhatian serius dari pemerintah. Yakni, reformasi birokrasi,
lambatnya pengambilan keputusan, masalah pembebasan lahan di daerah, peraturan
nonkonvensional, insentif eksplorasi, pasar gas domestik, perpanjangan kontrak
migas, dan kepastian hukum. “Banyak tantangan di industri migas yang perlu
mendapatkan penanganan serius dari pemerintah. Seperti kita tahu industri migas
memerlukan banyak peraturan. Tetapi kami yakin dengan pemerintahan yang sangat
terbuka saat ini, semua masalah akan bisa diatasi dengan sebaik-baiknya,” ujar Craig.
Dalam sambutannya
Menteri ESDM Sudirman Said menegaskan bahwa perhelatan ini merupakan ajang
reguler para pelaku usaha di hulu
migas. “Tema yang
diambil adalah merespons
seruan krisis. Saat ini yang
terjadi adalah adanya asumsi, jalan pikiran, dan kebiasaan,
bahwa seolah-olah kita tidak krisis. Sampai saat ini kita belum
ada perubahan mendasar untuk mengubah
asumsi itu,” katanya.
Sudirman Said
mengapresiasi pelaksanaan IPA tahun ini karena peserta dan booth yang ikut
serta lebih
banyak dari
tahun lalu di tengah menurunnya harga minyak. “Ini menunjukkan minat
besar untuk bangkit. Ini juga merupakan satu tanda bahwa kita
punya masa depan industri migas yang
baik. Mari kita tata bersama-sama menatap masa depan,” paparnya.
Untuk itu pemerintah mengajak semua stakeholders agar tetap teguh menjalankan perubahan mendasar, yang harus dimulai dengan assesment yang pahit sekalipun. “Kita tidak lagi seperti 20 tahun lalu yang produksi minyaknya masih berlimpah. Indonesia tidak lagi surplus minyak tetapi sudah menjadi net importir. Kita harus berani melakukan peninjuan kembali soal tax, split, dan jangka waktu. DPR mari kita tata bersama,” pintanya. Tak kalah penting, Sudirman berharap forum ini menghasilkan solusi yang aplikatif agar lebih baik ke depannya.
Sudirman mengingatkan bahwa migas kita masih banyak terdapat di laut dalam, untuk itu perlu infrastruktur yang memadai, SDM yang kuat, dan pelayanan yang memuaskan. Pemerintah Pusat perlu dukungan dari Pemda untuk memperlancar perizinan. “SKK Migas tolong rangkul Pemda. Tanpa dibukakan pintu oleh Pemda, eksplorasi tidak akan bisa dilakukan,” katanya.
Sudirman menjelaskan, pemerintahan Jokowi-JK saat ini tengah bergiat untuk
memperbaiki tata kelola migas untuk mengantisipasi krisis di masa mendatang. Ia
juga mengajak perusahaan migas agar ikut serta menjalankan perubahan mendasar
yang sedang digiatkan pemerintah. “Dari 104 izin migas kemudian susut menjadi
52 izin dan terakhir menjadi 42 migas. Perizinan yang selama ini berjumlah
ratusan sekarang sudah dipangkas. Ini yang benar-benar menjadi perubahan
mendasar,” katanya.
Berkaitan dengan upaya peningkatan produksi migas, Sudirman juga
memastikan Komite Eksplorasi yang baru dibentuk akan dibekali payung hukum dan
kewenangan untuk menjembatani antara pemerintah dengan perusahaan migas.
Di akhir
sambutannya, secara simbolik Menteri ESDM menyerahkan 42 perizinan
migas dari Kementerian
ESDM kepada Kepala BKPM Franky Sibarani.
Sementara
itu, dalam sambutannya Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo
menegaskan bahwa penemuan cadangan migas baru
merupakan poin penting yang diamanatkan Presiden Joko Widodo. Hal ini berkaitan
dengan belum tercapainya target produksi migas dalam lima tahun terakhir.
“Sektor migas ini adalah driver penerimaan negara, sekitar 18 % dari total
APBN. Untuk itu, prioritas pembangunan energi seperti migas, batubara, dan
energi terbarukan menjadi fokus pemerintahan saat ini,” tukas Indroyono.
Dalam kesempatan tersebut, pemerintah juga mengapresiasi langkah Kementerian
ESDM yang menyerahkan perizinan migas ke Badan Koordinasi Penanaman Modal
(BKPM). Pemerintah juga mengimbau agar lembaga lain baik di pusat dan daerah
menyerahkan proses perizinan ke dalam pelayanan satu pintu. Pentingnya dukungan
teknologi juga dikemukakan Indroyono sebagai salah satu cara untuk meningkatkan
produksi migas. Ia menyatakan, dukungan teknologi tersebut sangat penting guna
mengeksplorasi cadangan migas terutama di wilayah Indonesia bagian timur.
Indroyono juga menyinggung pentingnya penggunaan teknologi dalam negeri
yang menurutnya sudah cukup mumpuni. Lebih dari itu, dengan penggunaan produk
dalam negeri secara otomatis akan turut meningkatkan perekonomian lokal.
“Upaya
kita bersama untuk menambah cadangan migas karena kebutuhan
terus meningkat.
Target yang dilakukan pemerintah selama ini diakui belum mengenai sasaran. Untuk itu harus dicari upaya bersama untuk meningkatkan cadangan migas. Kita harus tingkatkan produksi dan temukan cadangan baru,” katanya.
Target yang dilakukan pemerintah selama ini diakui belum mengenai sasaran. Untuk itu harus dicari upaya bersama untuk meningkatkan cadangan migas. Kita harus tingkatkan produksi dan temukan cadangan baru,” katanya.
Migas adalah driver dalam penerimaan negara. Untuk itu pemerintah mengambil kebijakan tegas dan menjadikan prioritas bersama. Pemerintah telah berhasil mengubah subsidi BBM ke hal yang lebih produkstif. “Kini saatnya memprioritaskan pembangunan energi dengan memaksimalkan kapasitas nasional dan konten lokal,” pintanya.