BOGOR REVIEW, Selasa (16/6) - Ruas jalan raya ruas Bojonggede – Citayam, tepatnya di Bambu Kuning rusak parah. Posisi jalan yang berada lebih rendah dari sungai mengakibatkan air menggenangi seluruh permukaan jalan. Hampir setiap hari korban berjatuhan, baik pejalan kaki, pesepeda, pemotor, angkot, maupun pengendara mobil. Lubang menganga hampir mencapai 75 cm. Pelintas jalan saling berebut cepat dan tak mau mengalah mengakibatkan perkelahian setiap saat.
Triyono seorang sopir angkot 05 bibirnya berdarah
karena ditonjok pengendara mobil offroad.
Musababnya, mobil Triyono tiba-tiba mogok karena busi terendam air. Di belakang
Triyono ada pemuda berbadan kekar yang tidak suka dengan kemacetan di jalur
itu. Tanpa banyak komentar pemuda itu langsung menonjok Triyono. Kejadian ini
terjadi pada Minggu sore, (13/6).
Ada pula pengendara motor yang adu mulut dengan
sopir truk, karena motornya terserempet bak truk. Kejadian lebih parah, ada
seorang ibu yang sedang membonceng anaknya, tiba-tiba jatuh di genangan air karena tidak tahu di
dalam air ada lubang besar. Ibu yang tengah mengandung 5 bulan itu ditolong
ramai-ramai oleh warga sekitar.
Pada malam hari,
risiko kecelakaan meningkat. Seorang pengguna jalan, Nunik Sapitri, menuturkan, peluang kecelakaan di daerah tersebut meningkat
saat malam hari atau ketika hujan turun. Sebab, lubang-lubang jalan tertutup
genangan air sehingga tidak terlihat dan membahayakan para pengemudi.
Kerusakan diperparah lantaran truk-truk bermuatan lebih, sering melintasi jalanan tersebut. Akibatnya, jalan menjadi lebih cepat rusak. "Kita berharap pemkab dapat memperbaiki jalan ini secara baik dan permanen agar tidak rusak kembali, dan mobilitas menjadi lancar," tuturnya.
Sudah ribuan orang mengeluhkan kondisi kerusakan yang
sudah berjalan lebih dari tiga tahun ini. Namun, tak ada respons sama sekali
dari pemerintah. Entah apa yang
menyebabkan pemerintah daerah tutup mata, apakah lantaran mantan bupatinya yang
mendekam di penjara atau penggantinya yang lelet mengambil tindakan.
Kekesalan warga sudah tak tertahankan lagi.
Sumpah serapah disampaikan kepada pemerintah yang seakan-akan buta melihat
kondisi itu. Seperti halnya yang diungkapkan Toni supir angkot D 05.
”Pemerintah Kabupaten Bogor buta kali ya, sudah hampir 5 tahun jalan ini rusak,
kok tidak ada usaha perbaikan,” katanya kesal.
Abdul Tholib, warga Desa Pabuaran menumpahkan kekesalannya kepada Primus
Yustisio, wakil rakyat yang mewakili daerahnya. “Pak Primus Cuma mulutnya doang
manis, katanya mau memperhatikan daerah pemilihannya, nyatanya nol besar,”
katanya.
Seperti kita ketahui, Primus menduduki kursi DPR RI berasal dari daerah
pemilihan Kabupaten Bogor. Saat musim kampanye tahun lalu, ia datang ke Desa Pabuaran
mengobral janji akan memperhatikan pembangunan wilayah Pabuaran. Tapi janji itu
tak pernah ditepati.
Joko Sukmono (45 tahun) mengatakan
jalanan tersebut sebetulnya diperbaiki tahun lalu
bersamaan dengan ruas Cilebut ke Bojonggede. Dalam papan informasi disebutkan bahwa
jalanan akan dicor dari Cilebut hingga Citayam, nyatanya hanya sampai Bambu
Kuning. Sisanya tidak dilanjutkan. “Ini harus diusut tuntas,” katanya
berapi-api. Hal yang sama dikemukakan oleh Ketua RW 14 Desa Pabuaran, Sri Widodo Soetardjowijono bahwa sebetulnya jalan ini masuk dalam anggaran tahun 2014 berbarengan dengan ruas Cilebut-Citayam, tetapi kayaknya disunat, sehingga hanya sampai Bambu Kuning. "Ini harus diusut sampai tuntas." katanya. (sws)